Seorang teman di media sosial Facebook secara tiba-tiba mengirimkan pesan, bertanya-tanya tentang bisnis retail yang hendak dijalankannya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terasa ada kejanggalan. Di dalamnya terkandung akan ada resiko besar yang harus dia jalankan. Setelah memberikan beberapa masukan dia lalu mengoreksi sendiri apa yang semula disampaikannya, sesuai masukan dari saya. Kemudian saya tanyakan apakah yang bersangkutan memiliki latar belakang ilmu retail, setidaknya pernah bekerja atau pernah belajar. Ternyata yang bersangkutan belum pernah sama sekali bersentuhan dengan dunia retail.
Selaku konsultan dan trainer dari banyak perusahaan retail saya
langsung mengingatkan beliau supaya belajar mendalami bisnis retail. Saya
anjurkan beliau membaca buku-buku retail, di antaranya buku-buku dalam Retail
Excellence Series, ada 9 buku seri bisnis retail yang sudah saya tulis. Saya
anjurkan juga mengikuti workshop-workshop publik yang ada. Setelah itu tidak
ada tanggapan lagi. Saya tidak paham maknanya, hanya beliau yang tahu. Banyak kasus serupa di mana pengusaha yang mengira sukses bisa ditempuh dengan cara trial and error.
Menjalankan bisnis secara trial and error bisa saja dengan resiko waktu yang dibutuhkan untuk menemukan cara yang tepat akan panjang dan lama.
Saya senang sekali menemukan kesadaran ini. Inilah yang dibutuhkan dari seorang
pebisnis. Kesadaran bahwa dirinya masih harus belajar setiap waktu. Kesadaran
untuk mengasah kapaknya dari waktu ke waktu agar tetap tajam dan mampu menebang
pohon secara efektif. Demikian juga dalam bisnis, seorang pengusaha hendaknya
menimba ilmu untuk memertajam kompetensinya dalam mengelola bisnis.
Apa yang salah dalam menjalankan bisnis secara trial
and error? Bukankah sebagian besar pengusaha melakukan cara ini? Ada pepatah, saya gagal dan gagal lagi karena itu saya berhasil. Betul sekali, makanya prosesnya panjang dan lama.
Banyak kisah-kisah seperti yang saya tulis di atas. Pola pikir
yang salah, attitudes yang tidak
tepat menghentikan pebisnis tadi untuk terus belajar. Sikap merasa tahu banyak
itulah yang menghentikan seseorang. Jika keadaan memburuk bagaimana sikap
pebisnis yang enggan belajar? Dia akan menyalahkan siapapun sebagai penyebabnya
kecuali dirinya sendiri. Pebisnis dengan pilihan sikap mental yang salah akan
melihat faktor luar sebagai penyebab kegagalannya dan tidak mampu introspeksi.
Jika ini terjadi maka tidak akan ada perbaikan. Yang ada hanyalah menyalahkan
keadaan dan tidak melakukan apa-apa.
Jika pebisnis rela berinvestasi untuk membangun bisnisnya, mengapa dia tidak rela berinvestasi pada dirinya sendiri dengan belajar terus menerus, menarik dirinya untuk beberapa saat, mengasah diri seperti mengasah kapaknya sehingga senantiasa tajam.
Menjalankan bisnis secara trial and error bisa saja dengan
resiko waktu yang dibutuhkan untuk menemukan cara yang tepat akan panjang dan
lama. Pilihan di tangan pebisnis. Waktu berjalan, kompetitor berdatangan, apakah
Anda punya cukup waktu untuk coba-coba yang belum tentu benar. Belajar dari
orang yang berilmu dan berpengalaman akan memperpendek jarak dan waktu untuk
mencapai tujuan Anda. Jika pebisnis rela berinvestasi untuk membangun bisnisnya, mengapa dia tidak rela berinvestasi pada dirinya sendiri dengan belajar terus
menerus, menarik dirinya untuk beberapa saat mengasah diri seperti mengasah kapaknya
sehingga senantiasa tajam.
Foto: https://www.123rf.com/photo_104585059_trial-and-error-green-stripes-symbols.html
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.