Minggu lalu untuk ke sekian kalinya ada yang bertanya kepada
saya, “Mengapa Bapak tidak membuka toko atau bisnis retail sendiri?”. Meskipun
saya beberapa kali ditanya dengan pertanyaan yang sama, selalu pertanyaan ini
membuat saya berintrospeksi.
Pertama, yang menarik dari setiap pertanyaan adalah, mengapa
si penanya menanyakan pertanyaan itu. Kedua, penanya pasti sudah punya jawaban
dari versinya sendiri. Bahkan tidak sedikit ada yang mengatakan, bahwa saya
hanya tahu teori dikarenakan saya tidak membuka bisnis retail saya sendiri,
bahkan menganggap tidak perlu belajar dari saya.
Tentu saja ini argumen yang terlalu dangkal jika menganggap
saya hanya tahu teori. Pertama, saya bukan konsultan dan trainer bermodal
buku-buku text book yang sering dipakai di kampus-kampus dan diajarkan
oleh pengajar yang belum pernah berkarya di bisnis retail. Karir saya sebagai
pelaku bisnis retail sudah dimulai dari tahun 1988 di mana saya bekerja di grup
usaha badan usaha milik daerah yang memiliki reputasi bagus. Berikutnya saya
berkarya di retail multinasional di mana sebagai pelaku saya bukan saja sebagai
pekerja melainkan yang menentukan arah bisnis di saat itu dan hingga kini masih
terasa dampaknya. Kedua, usai menyelesaikan karir sebagai praktisi saya beralih
profesi sebagai konsultan dan trainer di mana saya menguji kemampuan saya
dengan cara memperbaiki kinerja para peritel yang mengalami kesulitan atau bermasalah. Saya memulai
karir saya sebagai konsultan pada tahun 2003 dan melahirkan buku pertama saya
berjudul How To Operate Your Store Effectively Yet Efficiently edisi
pertama, dan sampai saat ini buku tersebut sudah menjadi versi edisi kedua dan
masih cetak ulang untuk memenuhi kebutuhan para peritel. Jadi bagi mereka yang
mengatakan saya hanya tahu teori maka tentu saja berlebihan. Melalui buku-buku
saya, saya justru melahirkan teori-teori baru guna melengkapi ilmu di industri
retail. Dan yang terpenting, semua teori yang saya tulis sudah saya buktikan
keampuhannya. Hingga saat ini saya sudah melahirkan 9 buku retail dalam rangkaian Retail Excellence Series. Buku yang saya tulis dinilai pebisnis retail sangat praktis dan mudah
diimplementasikan untuk hasil nyata.
“Melalui buku-buku saya, saya justru melahirkan teori-teori baru guna melengkapi ilmu di industri retail.”
Menjadi konsultan dan trainer adalah pilihan yang sesuai
dengan passion saya. Siapa pun yang mempersoalkan pilihan ini barangkali tidak
memahami makna dari menemukan passion. Bagi saya, profesi yang saya jalani
adalah passion saya yang menyebabkan saya selalu bersemangat dalam menjalani
profesi ini tak peduli berapa mil per minggu jarak yang harus saya tempuh dalam
melayani klien-klien saya yang terdiri dari para peritel yang berada di
berbagai pelosok negeri, dalam segala format retail mulai dari kebutuhan pokok,
bahan bangunan, obat-obatan, produk kecantikan, pakaian, dan jenis-jenis bisnis
retail lainnya.
Jika saya membuka bisnis retail saya sendiri maka berakhir
juga karir saya dalam mendampingi para peritel. Saya pasti sudah tidak punya
waktu lagi buat pebisnis retail lain. Lebih baik saya mengurus bisnis saya
sendiri. Dan yang paling penting bagi saya, akan menimbulkan benturan
kepentingan juga jika saya memiliki bisnis retail sekaligus menjadi konsultan
di bisnis orang lain utamanya jika bisnisnya bersinggungan. Dunia retail masih membutuhkan guru retail penuh waktu (full time), bukan guru retail yang menyambi di sela-sela waktu senggangnya.
Hasil karya dan dedikasi saya sebagai trainer di industri retail dikenali bukan hanya oleh pelaku bisnis lokal tetapi juga dikenali oleh industri secara luas ketika pada tahun 2018 saya mendapatkan undangan untuk berbicara di World HRD Congress sekaligus menerima award sebagai 100 Top Global Training and Development Minds dan selang satu tahun kemudian 2019 menerima award sebagai Top Global Retail Minds di Asia Africa GCC Retail & Shopping Centre Congress 2019.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk para guru yang telah berkarya sepenuh hati di bidangnya masing-masing. Meski pun sedikit berlebihan ada quote yang saya baca kemarin, “Tanpa profesi guru maka profesi lain tidak eksis.” Meski pun terdengar berlebihan, menurut saya quote tersebut ada benarnya. Selamat Hari Guru Nasional. Saya bangga menjadi Guru.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.