Tuesday 28 February 2012

Beli di Wholesaler Lebih Mahal daripada di Retail?

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi sebuah toko ritel asing yang mengoperasikan dua format ritel sekaligus dalam satu lokasi yaitu format hypermarket/retail dan di sebelahnya format wholesale/grosir.
Apa yang berbeda dari dua format tersebut? Ada perbedaan nyata antara lain dari sisi ambience: di format grosir rak yang dipakai adalah rak gudang yang tingginya menjulang tinggi. Penerangan tidak begitu terang. Suhu ruangan tidak terlalu dingin dan cenderung hangat. Dari segi assortment, pilihan produk di setiap kategori tidak banyak. Hanya menjual produk-produk yang pasti diminati pelanggan yang berlatar belakang pedagang.
Pertama, saya masuk ke toko dengan format grosir/wholesale. Di situ saya mengenali harga sebuah produk beras merk “L” yang dijual Rp 90.000,- /kantong ukuran 5 kg. Kemudian saya berpindah ke sebelah yaitu ke toko yang berjualan dengan cara ritel untuk membandingkan harga beras tersebut karena saya pernah membeli beras itu sebelumnya. Ternyata harga di toko dengan format retail adalah Rp 104.000,- /kantong. Namun ternyata ada promosi khusus, jika pelanggan “membeli 2 kantong dapat gratis 1 kantong produk yang sama”, berarti dengan membayar Rp 208.000,- (2 kali Rp 104.000,-) pelanggan mendapat 3 kantong beras yang kalau dihitung maka harga satu kantong beras Rp 69.333,33.
Sungguh aneh kalau satu peritel yang mengoperasikan dua format bisnis sekaligus dalam satu atap sampai melakukan penetapan harga jual produk seperti itu. Pelanggan tentu berharap harga di toko grosir lebih murah daripada harga di toko dengan format retail. Hal seperti ini patut menjadi perhatian peritel karena jika pelanggan mengenali kejadian ini maka akan menimbulkan hilangnya kepercayaan khususnya kepada format wholesale/grosir yang masih ingin dipertahankan.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.